Badan Pusat Statistik
(BPS) Kota Balikpapan mencatat, Balikpapan mengalami deflasi sebesar
0,01% (mtm). Penyumbang deflasi terbesar di Balikpapan terutama dikontribusikan
oleh kelompok Transportasi dengan andil deflasi sebesar 0,23% (mtm).
Adapun
lima komoditas yang menyumbang deflasi di Kota Balikpapan pada periode Juli
2025 yaitu Angkutan Udara, Air Kemasan, Kacang Panjang, Bayam, dan Sawi Hijau.
Penurunan tarif Angkutan
Udara didorong oleh dampak kebijakan stimulus fiskal pemerintah melalui diskon
tarif transportasi udara sebesar 6% dengan skema PPN ditanggung pemerintah (PPN
DTP) yang berlaku sejak Juni 2025 hingga akhir Juli 2025.
Air kemasan mengalami
penurunan harga didukung oleh kembali normalnya distribusi dan pasokan,
sehingga stok terjaga.
Penurunan harga Kacang
Panjang, Bayam dan Sawi didorong oleh meningkatnya pasokan, sejalan dengan
kelancaran distribusi dan produksi yang meningkat, di tengah permintaan yang
relatif stabil.
Secara umum, deflasi yang
terjadi di Kota Balikpapan pada Juli 2025 didorong oleh kebijakan stimulus
fiskal melalui diskon tarif transportasi udara, serta meningkatnya pasokan
sejalan dengan kelancaran distribusi, khususnya untuk produk hortikultura
Di sisi lain, penyumbang
Inflasi di Kota Balikpapan terutama bersumber dari kelompok Makanan, Minuman,
dan Tembakau dengan andil sebesar 0,15% (mtm).
Adapun lima komoditas penyumbang
Inflasi tertinggi di Kota Balikpapan pada bulan Juli 2025 adalah Tomat, Cabai
Rawit, Beras, Bawang Merah, Mobil.
Tomat mengalami
peningkatan disebabkan oleh terbatasnya volume produksi, akibat hujan yang
masih terus berlanjut yang juga berdampak terhadap meningkatnya biaya produksi, di tengah
permintaan yang tetap kuat. Sementara itu, peningkatan harga komoditas Cabai
Rawit dan Bawang Merah disebabkan oleh terbatasnya pasokan dari daerah sentra
produksi (Sulawesi dan Jatim) akibat penurunan volume produksi karena kondisi
cuaca kemarau basah, sehingga tanaman rentan terserang penyakit. Peningkatan
harga komoditas Beras disebabkan oleh pasokan yang terbatas dari Sulawesi dan
Jawa, di tengah permintaan yang tetap kuat. Sementara Harga Mobil yang
meningkat didorong oleh kebijakan beberapa distributor yang menaikkan harga
mobil seiring adanya kenaikan biaya distribusi, terutama akibat kenaikan harga
BBM per 1 Juli 2025. (Etty Hariyani)